Tepat sehari setelah dirayakannya Hari Pangan Dunia di tahun ini, Koalisi Rakyat untuk Kedaulatan Pangan (KRKP) mengadakan Konser Virtual bertajuk Lagu untuk Negeri Agraris. Di samping konser virtual ini, saya justru lebih tertarik melihat apa yang menjadi salah satu perbincangan yang ada pada malam itu. Ialah peluncuran agenda Summit mengenai Food System tahun 2021 di Indonesia, diiringi dengan peluncuran Dashboard Sistem Pangan yang disusun oleh KRKP, hadir menjadi bagian penting dalam acara tersebut.
Peluncuran ini mengingatkan saya pada peluncuran hal serupa — tapi tak sama— di bulan Juni lalu. Jessica Fanzo, Profesor bidang kebijakan pangan di Johns Hopkins Univesity dan Lawrence Haddad, Executive Director GAIN dalam laman twitternya mengabarkan dibukanya akses Dashboard Food Systems bersamaan dengan diskusi mengenainya. Lebih jauh lagi di bulan-bulan sebelumnya (Januari 2020), adalah seminar kebijakan yang diadakan oleh International Food Policy Research Institute (IFPRI) bersama beberapa institusi terkait Food Systems Dashboard ini.
Diskusi ini memberi kesempatan kepada para pembicara untuk menjelaskan dasbor awal, dan terdapat pembahas yang memberikan komentar dan umpan balik terhadap paparan pembicara. Seminar ini menjadi menarik karena umpan balik berupa pertanyaan-pertanyaan terkait data, indikator, dan bagaimana implikasi bagi negara tersaji sehingga memperkaya penyusunan dasbor ini. Hal ini merupakan hal baru bagi saya dalam melihat bagaimana proses dan upaya untuk mengangkat visualisasi data terkait food system dibuka secara baik mulai dari penyusunan, sehingga saya dapat mengakses proses tersebut sebagai proses pembelajaran. Dalam proses design thinking, kita mengenalnya sebagai design critiques, yang merupakan bagian dalam proses beriterasi!
Apa yang dibicarakan? Pembicara, dalam hal ini Jess dan Lawrence, menjelaskan why yang menjadi pembuka dan pengantar mengapa dasbor ini dibuat. Melihat bahwa pemangku kebijakan sering kebingungan untuk mengelola sistem pangan, kebijakan yang berdasarkan data perlu diintisarikan menjadi informasi yang berujung pada saran-saran kebijakan, dan diperlukannya tools untuk memetakan konteks terkait sistem pangan yang dihubungkan dengan outcome terkait diet dan gizi.
Describe, diagnose, dan decide merupakan jawaban yang disajikan. Bagaimana menggambarkan kondisi yang terjadi entah itu berdasarkan area maupun berdasarkan indikator; bagaimana mendiagnosa kondisi yang ada, apakah tergolong baik atau tidak, bagaimana komparasi dengan negara lain; dan bagaimana informasi dan diagnosa yang didapat mampu menjadi acuan untuk membuat strategi. Dasbor ini juga diharapkan dapat membantu pengambil kebijakan untuk melihat permasalahan secara holistik, melihat indikator-indikator lain yang mendukung terjadinya kondisi atau konteks yang diangkat.
Dan lain-lain yang dijelaskan oleh Arun Kapuria, CEO iTech Mission adalah terkait visualisasi data. Sajian yang terdapat dalam dasbor ini sangat beragam sehingga memberikan alternatif bagi pengguna untuk memilih bentuk visualisasi yang dianggap sesuai. Sila mampir ke dasbor mereka!
Beranda
Selamat datang di halaman depan masing-masing dasbor!
Jika melihat fitur utama dari masing-masing beranda, tentulah kita dapat melihat terdapat 3 fitur yang memiliki poin serupa. Food system dengan lingkarannya, dan sistem pangan dengan persegi panjangnya, berisi 1) penjelasan apa terkait food system atau sistem pangan, 2) komparasi dan analisis, dan 3) profil negara atau profil provinsi.
Yang menjadi pembeda pada halaman pembuka ini adalah dapat kita lihat pada 3 values atau yang diharap menjadi top of mind (jika kita bisa menganggapnya demikian) yaitu pada Food System Dashboard adalah describe, diagnose, dan decide. 3D pada Food System Dashboard ini menjelaskan fungsi dan penggunaan dari dasbor yang ada. Jika kita mengarahkan kursor kita pada bagian tengah bawah dasbor ini, dapat kita jumpai tulisan disclaimer. Disclaimer ini mengatakan bahwa dasbor yang saat ini dapat diakses merupakan dasbor versi 1.0, yang mana penggunaannya baru pada fungsi describe. Kedepannya, akan dikembangkan penggunaan data sebagai bahan mendiagnosa sistem pangan negara dan dapat memberikan rekomendasi kebijakan untuk dapat menentukan langkah strategis yang diambil.
Pada Dashboard Sistem Pangan, 3 nilai yang ditampilkan adalah berdaulat, adil, dan resilien. Jika menelusuri perjalanan KRKP bersama narasi yang dibawanya, maka dapat diketahui bahwa arah gerak KRKP adalah juga berhubungan dengan kedaulatan petani dan pangan. Petani sebagai kelompok rentan yang juga merupakan aktor penting dalam sistem pangan adalah salah satu pihak yang menjadi arus utama dalam pergerakannya. Mengangkat empat pilar kedaulatan pangan dalam kolaborasi yang dilakukannya, KRKP menjunjung akses terhadap sumber produksi, pertanian berkelanjutan, perdagangan yang berkeadilan bagi petani dan produsen pangan, serta pola konsumsi pangan berdasar sumber lokal.
Jika melihat dari perjalanan mendapatkan informasi terkait kedaulatan pangan ini, saya jadi teringat laman milik Serikat Petani Indonesia. Hal yang membuat saya tertarik adalah mengenai syarat kedaulatan pangan yang menyatakan bahwa pangan dilihat sebagai pangan, tidak hanya sebagai komoditas yang diperdagangkan. Paradigma pangan sebagai komoditas merupakan paradigma yang sempit, yang dengannya fokus lebih tertuju pada kuantitas dan pemenuhan pasar. Padahal fungsi dan utilitas pangan tidak hanya berhenti pada aspek ekonomi namun yang lebih utama adalah pemenuhan terhadap kebutuhan gizi masyarakat untuk mencapai kesehatan yang optimal.
Kembali pada pembahasan nilai, saya mengharapkan KRKP dapat menjelaskan secara detail maksud nilai tersebut dalam konteks dasbor yang dibuat, atau konteks sistem pangan yang diangkat. Bagaimana berdaulat yang dimaksud dalam sistem pangan, bagaimana adil, dan resilien yang dimaksud dalam sistem pangan. Hal ini menjadi penting untuk membangun definisi yang baik terhadap produk dasbor yang dibuat.
Pembeda lainnya ada pada pihak penyusun dasbor ini. Food Systems Dashboard disusun oleh Global Alliance for Improved Nutrition (GAIN) dan Johns Hopkins University yang berkolaborasi dengan Harvard University, Michigan University, Michigan State University, Food and Agriculture Organization (FAO), dan Agriculture-Nutrition Community of Practice. Sedangkan Dashboard Sistem Pangan ini disusun oleh KRKP dengan tetap membuka peluang kolaborasi, seperti yang disampaikan pada saat launching dasbor.
Fitur Pertama: Apa
Pada laman ini baik Food Systems maupun Sistem Pangan menampilkan beberapa bagian yang menjelaskan apa itu sistem pangan. Bagian tersebut yaitu framework atau kerangka pikir sistem pangan, komponen sistem pangan, faktor eksternal yang berpengaruh terhadap sistem pangan, dan luaran dari sistem pangan. Khusus pada dasbor Food Systems terdapat juga tipe-tipe sistem pangan. Perbedaan konten pada fitur terkait apa ini tercantum dalam tabel di bawah.
Bagian di bold merah merupakan poin yang dianggap berbeda dengan yang lainnya. Jika melihat konten keduanya, sedikit banyak memiliki kemiripan. Dasbor Sistem Pangan dalam beberapa poin mencoba menyajikan konteks Indonesia untuk menjelaskan poin yang dimaksud. Namun, dasbor ini tidak mencantumkan sumber referensi penulisan konten pada bagian terkait.
Pada bagian komponen, dasbor Sistem Pangan memiliki 3 komponen tambahan dibandingkan dengan Food Systems. Komponen sumberdaya pangan pada dasbor Sistem Pangan yang menitikberatkan pada sumber-sumber produktif untuk produksi pangan seperti tanah, air, dan benih, digolongkan pada komponen food supply chains dalam dasbor Food Systems. Pada framework food systems yang ditampilkan, food supply chains mencakup sistem produksi pangan dan pasokan input (fertilizer dan benih), penyimpanan dan distribusi, pengolahan dan pengemasan, dan termasuk di dalamnya retail dan pemasaran.
Komponen pangan lokal pada dasbor Sistem Pangan erat kaitannya dengan pembahasan keanekaragaman konsumsi dan produksi. Keanekaragaman produksi ini mencegah pertanian monokultur yang jika terjadi serangan hama maka akan mempengaruhi keseluruhan lahan sehingga menjadi rentan. Terkait keanekaragaman konsumsi ini, dasbor Food Systems menyajikan dalam indikator keragaman pangan minimum (minimum diet diversity) pada anak. Sedangkan, terkait keanekaragaman di tingkat produksi, pendekatan pada dasbor Food Systems dapat dilihat pada food supply chains dengan sub indikator sistem produksi dan input supply. Beberapa indikator yang selaras dengan hal tersebut yaitu hasil sereal dalam kilogram per hektar, hasil sayuran dalam kilogram per hektar, kelengkapan konservasi tumbuhan liar bermanfaat (Comprehensiveness of conservation of useful wild plants), dan biofortifikasi tanaman pangan.
Komponen pola makan pada dasbor Sistem Pangan belum dijelaskan oleh KRKP. Jika pada Sistem Pangan poin pola makan ini tergolong komponen, lain halnya dengan dasbor Food Systems. Pada dasbor Food Systems hal ini tertuang pada luaran sistem pangan yakni diet outcomes. Perbedaan sudut pandang ini membutuhkan elaborasi penjelasan lebih lanjut dari KRKP karena penjelasan mengenai pola makan belum dibahas. Terdapat 8 indikator yang disajikan pada dasbor Food Systems terkait diet outcomes yang dapat dilihat pada fitur ketiga (country profiles). Indikator tersebut digolongkan menjadi 2 yaitu berupa indikator diet dan indikator food security. Indikator diet ini kemudian dibagi lagi berdasarkan penggolongan daur hidup yaitu anak, remaja, dan dewasa. Indikator diet memperlihatkan bagaimana jenis, jumlah, dan frekuensi asupan, dan indikator food security memperlihatkan proporsi kurang gizi yang berhubungan dengan akses terhadap pangan.
Sedikit catatan untuk pemilihan diksi, pada luaran sistem pangan, KRKP memilih kata nutrisi (nutrisi dan kesehatan). Terkait hal ini saya selalu teringat dengan tulisan milik Prof Soekirman (Guru Besar Gizi IPB) dalam buku Gizi Pembangunan (Kumpulan Tulisan Prof Soekirman 1962–2015), yang menegaskan bahwa terjemahan resmi dari bahasa inggris nutrition adalah gizi. Penggunaan kata ini yang berhubungan erat dengan ilmu gizi manusia memiliki sejarah penggunaan sejak lama. Kata gizi sudah digunakan sejak tahun 1952 dalam dunia kedokteran dan kesehatan masyarakat. Mengapa hal ini menjadi penting? Hal ini untuk mempertegas penggunaan di masyarakat, tidak membuat bias arti, dan tidak mencederai perkembangan ilmu gizi di Indonesia. Pembahasan gizi sebagai luaran dalam sistem pangan pun perlu mendapat perhatian dan menjadi bagian dalam arah sistem pangan ini. Hal ini karena dengan mengambil sudut pandang gizi maka upaya-upaya untuk menciptakan akses makanan bagi semua sesuai dengan kebutuhan dapat lebih disorot.
Kedua: Komparasi dan Analisis
Pada bagian kedua mengenai komparasi dan analisis ini dasbor Food Systems menampilkan visualisasi data berkenaan dengan komponen-komponen sistem pangan yang sudah dijelaskan pada fitur pertama. Terdapat enam kelompok indikator yaitu food supply chains, food environments, individual factors, consumer behaviour, diets and nutrition, dan drivers (faktor eksternal yang mempengaruhi sistem pangan). Sajian data tersebut ditampilkan dalam bentuk peta yang dapat disesuaikan dengan indikator yang dipilih, peta dengan warna yang disesuaikan dengan tipe food system negara dan indikator yang dipilih, ataupun peta dengan warna sesuai dengan klasifikasi pendapatan negara dan indikator yang dipilih. Selain sajian dalam bentuk peta, sajian data dapat dipilih menjadi bentuk bubble. Sesuai dengan judul fitur ini yaitu komparasi, pada bagian kedua ini pengguna dapat melihat perbandingan kondisi antar negara terkait dengan komponen sistem pangannya. Perubahan dari masa ke masa juga dapat dilihat pada fitur kedua ini.
Yang menarik dari kompilasi data yang disajikan oleh dasbor Food Systems ini adalah metadata yang terarsip baik. Metadata ini akan membantu pengguna untuk memahami definisi indikator yang dipilih, relevansi dengan food systems, kalkulasi, penanganan terhadap missing value, serta sumber data yang digunakan.
Bagaimana dengan dasbor Sistem Pangan? Pada dasbor Sistem Pangan, bagian Komparasi dan Analisis ini berisi Peta Ketahanan Pangan Indonesia, dengan sumber data berdasarkan data Badan Ketahanan Pangan, Kementrian Pertanian Indonesia tahun 2019. Pembahasan mengenai ketahanan pangan pada fitur kedua ini belum disinggung pada bagian fitur pertama yang berbicara mengenai definisi. Indeks Ketahanan Pangan (IKP) dan konsumsi makanan pokok ini bisa digolongkan pada luaran sistem pangan pada bagian nutrisi dan kesehatan. Hal ini karena IKP menggambarkan 3 aspek dalam ketahanan pangan yaitu ketersediaan, keterjangkauan, dan pemanfaatan pangan yang dapat memperlihatkan kondisi wilayah yang terpenuhi kebutuhan pangannya. Peta Ketahanan Pangan pada dasbor ini akan lebih baik jika memberikan cut off point IKP sehingga dapat dianalisis bagaimana kondisi IKP wilayah tertentu.
Selain Peta Ketahanan Pangan Indonesia, pada bagian ini juga tersaji tabel konsumsi makanan pokok Provinsi sebulan, menurut daerah yang paling rentan. Terdapat 13 pangan yang ditampilkan yaitu beras, minyak goreng, daging ayam, gula pasir, jagung, cabe rawit, garam, tepung terigu, bawang merah, bawang putih, cabe merah, daging sapi, dan kacang kedelai. Tampilan data terkait provinsi pada bagian konsumsi makanan pokok ini baru mencakup provinsi DKI Jakarta, DI Yogyakarta, Bali, dan Sulawesi Selatan. Terkait konsumsi makanan pokok pada dasbor Sistem Pangan ini dapat digolongkan pada komponen pola makan, namun pembahasan terkait definisi pada fitur pertamanya perlu dilengkapi.
Ketiga: Profil (Negara/Provinsi)
Jika melihat dasbor Food Systems, fitur ketiga ini merupakan sebuah alternatif sajian data untuk melihat konteks yang lebih spesifik yaitu negara atau wilayah. Pada bagian ini data indikator-indikator komponen sistem pangan, faktor eksternal yang memengaruhi sistem pangan, dan luaran sistem pangan ditampilkan dalam bentuk grafik.
Sedangkan pada dasbor Sistem Pangan, Profil Provinsi menyajikan data mengenai Nilai Tukar Petani (NTP) tahun 2019 dengan sumber data adalah Badan Pusat Statistik (BPS). Nilai tukar petani ini disajikan dalam bentuk sebaran nilai (peta), nilai berdasarkan waktu (grafik), dan pertumbuhan nilai (grafik). Jika kembali melihat bagian definisi pada fitur pertama, pembahasan mengenai nilai tukar petani masih belum disinggung. Dimanakah posisinya? Apakah ia termasuk komponen sistem pangan, faktor eksternal yang memengaruhi sistem pangan, ataukah termasuk luaran?
Mengacu pada laman BPS terkait NTP, pengertian NTP adalah perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani. NTP ini menjadi salah satu indikator yang melihat daya beli petani dan juga memperlihatkan daya tukar dari produk pertanian dengan barang dan jasa yang dikonsumsi (maupun untuk biaya produksi). Semakin tinggi NTP maka daya beli petani atau daya tukar petani semakin baik, dan dengan demikian kesejahteraan petani relatif lebih baik. Melihat pengertian tersebut dan disesuaikan dengan penjelasan pada fitur pertama dasbor Sistem Pangan, data NTP ini bisa dimasukkan ke dalam kelompok komponen rantai pasok pangan karena ia memetakan kondisi aktor produksi pangan yaitu petani.
Setelah Dasbor
Jika melihat dasbor ini sebagai suatu produk, maka kita membutuhkan traffic untuk mendapatkan umpan balik sehingga dapat menjadi bahan perbaikan atau ya untuk menyebarkan penggunaan produk yang ada agar dapat bermanfaat dan mencapai tujuan pembuatan produk. Apa yang dilakukan oleh kedua pembuat produk ini untuk memperbanyak penggunaan terhadap dasbor mereka?
Food Systems Dashboard pada tanggal 7–30 September 2020 ini mengadakan kompetisi penggunaan dasbor mereka. Sedangkan KRKP mengadakan lomba menulis karya tulis populer pada Oktober-November 2020 ini. Jika dasbor Food Systems menyasar pengguna untuk menjelajah dasbor mereka untuk membantu mengambil keputusan/kebijakan terkait sistem pangan, KRKP berkolaborasi dengan dua lembaga lainnya (Oxfam dan Right to food) mencoba memanfaatkan momen Hari Pangan Dunia untuk mendalami pembahasan sistem pangan yang resilien dan adil. Ya, semoga pemahaman terhadap sistem pangan dan penggunaan dasbor yang ada dapat menjangkau lebih banyak mata dan telinga!
Lebih dari Visualisasi Data
Selanjutnya apa? Kompilasi data hanya bagian awal dari proses panjang aksi-aksi lainnya. Pangan juga tentang politik dan pilihan. Melihat sistem berarti memahami bahwa banyak aktor yang terlibat di sana dan saling memengaruhi. Ada banyak kepentingan yang mendorong perilaku-perilaku dalam sistem pangan. Pembahasan sistem pangan ini yang melihat siapa yang terlibat, apa peran yang dapat dilakukan oleh masing-masing pihak, untuk menuju kemana perjalanan sistem pangan ini, perlu banyak dibicarakan. Kembali, pangan sebagai pangan punya peran penting pada luaran sistem pangan, terutama gizi. Sajian data, atau bahkan informasi dan rekomendasi strategi perlu memiliki daya dan didorong untuk tampil dan membantu arah pengambilan kebijakan. Oleh karena itu, diperlukan corong-corong penggerak untuk melakukan advokasi mengenai saran-saran kebijakan berbasis data. Apakah kamu dapat mengidentifikasi peranmu dalam sistem pangan ini?
Rasa-Rasa: Halo, Zulfa di sini. Alhamdulillah pada akhirnya tulisan ini rampung dan bisa mengudara. Naik turun perasaan waktu nulis ini, bolak-balik merhatiin dan baca kedua dasbor ini, jadi hal yang seru! Awalnya sempet kaget dan mempertanyakan, ada bingung dan kesal juga, tapi pada akhirnya belajar untuk deep dive lagi sampai akhirnya ‘nemu’ yang bisa dibahas. Proses menulis tu gitu, ngasih ruang untuk bisa memahami lebih dalam. Sangat-sangat berterima kasih untuk semua pihak yang secara ga langsung ngasih pembelajaran berharga ini (tim Food Systems Dashboard dan KRKP). Pembahas sistem pangan di Indonesia sejauh ini baru tau KRKP, kalau ada yang tau selain itu, boleh banget infonya. Sudut pandang sistem pangan yang juga membahas bagaimana pangan itu dicitrakan (branding) dalam bentuk iklan dan pemasaran, tren processed food atau ultra-processed food yang berpengaruh terhadap perilaku makan dan gizi — yang belum banyak dibicarakan— perlu mulai didorong.
Sungguh, tampilan data pada dasbor Food Systems ini memberikan pembelajaran berharga bagaimana proses itu berjalan. Metadata! Sesuatu yang sering luput. Tidak semua pihak dan pengguna memahami istilah yang ada pada sajian data. KRKP dengan nilai-nilai yang kuat dalam penyampaiannya juga memberikan pembelajaran untuk mengambil sudut pandang petani, pihak yang jarang terdengar, dan mengangkat peran ini dalam pembahasan sistem pangan. Ruang kolaborasi pada pengembangan dasbor ini amat sangat besar, melihat rumusan komponen sistem pangan KRKP yang cukup banyak beserta faktor eksternal dan luarannya. Ditunggu Food System Summit nya tahun depan!
Oiya, sebagai tambahan untuk memperkaya pemahaman terhadap dasbor Sistem Pangan yang belum mencantumkan sumber laman secara jelas, dua laman di bawah bisa dibaca:
http://bkp.pertanian.go.id/storage/app/media/Bahan%202020/IKP%202019%20FINAL.pdf
Semoga dapat bermanfaat. Saran-saran dan diskusi lebih lanjut bisa di kolom komentar atau email di zulfarauj@gmail.com! Terima kasih :)